HUBUNGAN ILMU AKHLAK DENGAN ILMU-ILMU LAIN BESERTA MANFAATNYA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pada hakikatnya
setiap ilmu pengetahuan antara yang satu dengan yang lainnya itu saling
berhubungan. Akan tetapi hubungan tersebut ada yang sifatnya berdekatan,
pertengahan, bahkan ada pula yang jauh.
Pada pembahasan
kali ini kita akan mengkaji bersama tentang ilmu-ilmu yang berhubungan dengan
ilmu akhlak, yaitu diantaranya ilmu tasawuf, ilmu tauhid, ilmu jiwa, ilmu
pendidikan, filsafat, sains modern, sosiologi,
ekonomi, ilmu hukum , iman dan manfaat akhlak dengan
ilmu lainnya.
Konsep akhlakul
karimah adalah konsep hidup yang lengkap dan tidak hanya mengatur hubungan
antara manusia dengan alam sekitarnya,
tetapi juga terhadap penciptanya. Allah menciptakan ilmu pengetahuan bersumber
dari Al-Qur’an. Namun tidak semua orang mengetahui atau percaya akan hal itu.
Ini dikarenakan keterbatasan pengetahuan manusia dalam menggali ilmu-ilmu yang
ada dalam Alqur’an itu sendiri. Oleh karena itu permasalahan hubungan antara
ilmu akhlak dengan ilmu lainnya ini diangkat, yakni keterkaitan antara akhlak Islam dan ilmu berdasarkan Ilmu Hadis.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Bagaimana hubungan
Ilmu Akhlak dengan
Ilmu Tasawuf?
2.
Bagaimana hubungan Ilmu Akhlak dengan Ilmu Tauhid?
3.
Bagaimana
hubungan Ilmu Akhlak dengan Ilmu Jiwa/psikologi?
4. Bagaimana
hubungan Ilmu Akhlak dengan Ilmu Pendidikan?
5.
Bagaimana
hubungan Ilmu Akhlak dengan Ilmu Filsafat?
6.
Bagaimana
hubungan Ilmu Akhlak dengan Ilmu Sains Modern?
7.
Bagaimana
hubungan Ilmu Akhlak dengan Iman?
8.
Bagaimana hubungan Ilmu Akhlak dengan Ilmu sosiologi?
9.
Bagaimana hubungan Ilmu Akhlak dengan Ilmu ekonomi?
10. Bagaimana hubungan Ilmu Akhlak
dengan Ilmu hukum?
11. Apa manfaat mempelajari Ilmu
Akhlak?
C.
Tujuan Penulisan Makalah
1. Agar dapat
memahami hubungan antara Ilmu Akhlak dengan Ilmu Tasawuf
2. Agar dapat memahami hubungan antara Ilmu Akhlak dengan Ilmu Tauhid
3. Agar dapat
memahami hubungan antara Ilmu Akhlak dengan Ilmu Jiwa
4. Agar dapat memahami hubungan antara
Ilmu Akhlak dengan Ilmu
Pendidikan
5. Agar dapat memahami hubungan antara
llmu Akhlak dengan
Ilmu Filsafat
6. Agar dapat memahami hubungan antara
Ilmu Akhlak dengan
Ilmu Sains Modern
7. Agar dapat memahami hubungan antara
Akhlak dengan Iman
8. Agar dapat memahami hubungan antara
Akhlak dengan Ilmu sosiologi
9. Agar dapat memahami hubungan antara
Akhlak dengan Ilmu Ekonomi
10. Agar dapat mmemahami hubungan antara
Akhlak dengan Ilmu hukum
11. Agar dapat memahami dan mempelajari
manfaat Ilmu Akhlak
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Hubungan
antara Ilmu Akhlak dengan Ilmu Tauhid
Hubungan antara Ilmu Akhlak dengan Ilmu Tauhid merupakan
hubungan yang bersifat berdekatan, sebelum membahas lebih jauh apa hubungan
antara Ilmu Akhlak dengan Ilmu Tauhid terlebih dahulu kita mengingat kembali
apa pengertian Ilmu Akhlak dan Ilmu Tauhid. Menurut Ibn Maskawih Akhlak adalah
sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan dengan
mudah tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbamgan, sedangkan Ilmu Tauhid adalah
Ilmu yang membahas tentang cara-cara mengEsakan Tuhan sebagai salah satu sifat
yang terpenting diantar sifat Tuhan lainnya.[1]
Hubungan Ilmu antara Ilmu Akhlak dengan Ilmu Tauhid dapat
dilihat melalui beberapa analisis, yaitu :
1.
Dilihat
dari segi obyek pembahasannya, Ilmu Tauhid sebagaimana diuraikan di atas
membahas masalah Tuhan baik dari segi zat, sifat, dan perbuatan-Nya.
Kepercayaan yang mantap kepada Tuhan yang demikian itu, akan menjadi landasan
sehingga perbuatan yang dilakukan manusia semata-mata karena Allah SWT. Dengan
demikian Ilmu Tauhid akan mengarahkan perbuatan manusia menjadi ikhlas dan
keikhlasan ini merupakan salah satu akhlak yang mulia. Allah SWT berfirman
dalam (QS. Al-Bayyinah, 98:5)[2] :

artinya: Padahal mereka tidak
disuruh supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam
(menjalankan) agama dengan lurus.
2.
Dilihat
dari segi fungsinya, Ilmu Tauhid menghendaki agar seseorang yang bertauhid
tidak hanya cukup dengan menghafal rukun iman yang enam dengan dalil-dalilnya
saja, tetapi yang terpenting adalah agar orang yang bertauhid itu meniru dan
mencontoh terhadap subyek yang terdapat dalam rukun iman itu. Misalnya jika
seseorang beriman kepada malaikat, maka yang dimaksudkan antara lain adalah
agar manusia meniru sifat-sifat yang terdapat pada malaikat, seperti sifat
jujur, amanah, tidak pernah durhaka dan patuh melaksanakan segala yang
diperintahkan Tuhan, percaya kepada malaikat juga dimaksudkan agar manusia merasa
diperhatikan dan diawasi oleh para malaikat, sehingga ia tidak berani melanggar
larangan Tuhan. Dengan cara demikian percaya kepada malaikat akan membawa
kepada perbaikan akhlak yang mulia. Allah berfirman dalam (QS. Al-Tahrim, 66:
6)[3]
3.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا
أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا
مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَّا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ
مَا يُؤْمَرُونَ
artinya: (Malaikat-malaikat) itu tidak mendurhakai Allah terhadap
apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka
yang selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.
Dari uraian yang agak panjang lebar ini dapat dilihat dengan
jelas adanya hubungan yang erat antara keimanan yang dibahas dalam Ilmu Tauhid
dengan perbuatan baik yang dibahas dalam Ilmu Akhlak. Ilmu Tauhid tampil dalam
memberikan bahasan terhadap Ilmu Akhlak, dan Ilmu Akhlak tampil memberikan
penjabaran dan pengamalan dari Ilmu Tauhid. Tauhid tanpa akhlak yang mulia
tidak akan ada artinya dan akhlak yang mulia tanpa Tauhid tidak akan kokoh.
Selain itu Tauhid memberikan arah terhadap akhlak, dan akhlak memberi isi
terhadap arahan tersebut. Disinilah letaknya hubungan yang erat dan dekat
antara Tauhid dan Akhlak
B.
Hubungan
antara Ilmu Akhlak dengan Ilmu Tasawuf
Antara Ilmu Akhlak dan Ilmu Tasawuf memiliki hubungan yang
berdekatan. Pengertian Ilmu Tasawuf adalah Ilmu yang dengannya dapat diketahui
hal-hal yang terkait dengan kebaikan dan keburukan jiwa. Tujuan Ilmu Tasawuf
itu sendiri adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan cara membersihkan
diri dari perbuatan yang tercela dan menghias diri dengan perbuatan yang
terpuji. Dengan demikian dalam proses pencapaian tujuan bertasawuf seseorang
harus terlebih dahulu berakhlak mulia.
Pada dasarnya bertasawuf adalah melakukan serangkaian ibadah seperti shalat, puasa, zakat, haji, dan sebagainya. Hubungan antara Ilmu Akhlak dengan Ilmu Tasawuf lebih lanjutr dapat diuraikan sebagai berikut:
Ketika mempelajari tasawuf ternyata pula bahwa Al-Qur'an dan Al-Hadist mementingkan akhlak. Al-Qur'an dan Al-Hadist menekankan nilai-nilai kejujuran, kesetiakawanan, persaudaraan, rasa kesosialan, rasa keadilan, tolong-menolong, murah hati, suka memberi maaf, sabar, baik sangka, berkata benar, pemurah, keramahan, bersih hati, berani, kesucian, hemat, menepati janji, disiplin, mencintai ilmu, dan berfikir lurus. Nilai-nilai serupa ini yang harus dimiliki oleh seorang muslim dan dimasukkan ke dalam dirinyadari semasa ia kecil.[4]
Jadi hubungan antara Ilmu Akhlak dan Ilmu Tasawuf dalam Islam ialah bahwa akhlak merupakan pangkal tolak tasawuf, sedangkan tasawuf adalah esensi dari akhlak itu sendiri.
Pada dasarnya bertasawuf adalah melakukan serangkaian ibadah seperti shalat, puasa, zakat, haji, dan sebagainya. Hubungan antara Ilmu Akhlak dengan Ilmu Tasawuf lebih lanjutr dapat diuraikan sebagai berikut:
Ketika mempelajari tasawuf ternyata pula bahwa Al-Qur'an dan Al-Hadist mementingkan akhlak. Al-Qur'an dan Al-Hadist menekankan nilai-nilai kejujuran, kesetiakawanan, persaudaraan, rasa kesosialan, rasa keadilan, tolong-menolong, murah hati, suka memberi maaf, sabar, baik sangka, berkata benar, pemurah, keramahan, bersih hati, berani, kesucian, hemat, menepati janji, disiplin, mencintai ilmu, dan berfikir lurus. Nilai-nilai serupa ini yang harus dimiliki oleh seorang muslim dan dimasukkan ke dalam dirinyadari semasa ia kecil.[4]
Jadi hubungan antara Ilmu Akhlak dan Ilmu Tasawuf dalam Islam ialah bahwa akhlak merupakan pangkal tolak tasawuf, sedangkan tasawuf adalah esensi dari akhlak itu sendiri.
لَقَدْ كانَ لَكُمْ في رَسُولِ اللهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ
لِمَنْ كانَ يَرْجُوا اللهَ وَ الْيَوْمَ الْآخِرَ وَ ذَكَرَ اللهَ كَثيراً
Sesungguhnya adalah bagi kamu
pada Rasulullah itu teladan yang baik; Bagi barangsiapa yang mengharapkan Allah
dan Hari Kemudian dan yang banyak ingat kepada Allah. ( Ayat 21 )
C.
Hubungan
antara Ilmu Akhlak dengan Ilmu Filsafat
Sebagaimana Ilmu Tasawuf, Ilmu Filsafat juga mempunyai
hubungan yang berdekatan dengan Ilmu akhlak, dimana ilmu akhlak merupakan salah
satu cabang ilmu tasawuf. Pengertian Ilmu Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang
berusaha menyelidiki segala sesuatu yang ada dan yang mungkin ada dengan menggunakan
pikiran. Filsafat memiliki bidang-bidang kajiannya mencakup berbagai disiplin
ilmu antara lain:
1. Metafisika : penyelidikan di balik alam yang nyata,
2. Kosmologo : penyelidikan tentang alam (filsafat alam),
3. Logika
: pembahasan tentang cara berfikir cepat dan tepat,
4. Etika :
pembahasan tentang timgkah laku manusia,
5. Theodica :
pembahasan tentang ke-Tuhanan,
6. Antropolog
: pembahasan tentang manusia
Dengan demikian, jelaslah bahwa etika/akhlak termasuk salah
satu komponen dalam filsafat. Banyak ilmu-ilmu yang pada mulanya merupakan
bagian filsafat karena ilmu tersebut kian meluas dan berkembang akhirnya
membentuk disiplin ilmu terendiri dan terlepas dari filsafat. Demikian juga
etika/akhlak, dalam proses perkembangannya, sekalipun masih diakui sebagian
bagian dalam pembahasan filsafat, kini telah merupakan ilmu yang mempunyai
identitas sendiri.
D.
Hubungan
antara Ilmu Akhlak dengan Ilmu Hukum Islam
Pengertian hukum islam atau hukum syara' menurut ulama ushul
ialah doktrin (kitab) syari’ yang bersangkutan dengan perbuatan orang-orang
mukallaf yang bersangkutan dengan perbuatan orang-orang mukallaf secara
perintah atau diperintahkan memilih atau berupa ketetapan (taqrir). Sedangkan
menurut ulama fiqh hukum syara ialah efek yang dikehendaki oleh kitab syari’
dalam perbuatan seperti wajib, haram dan mubah. Hukum Islam berarti keseluruhan
ketentuan-ketentuan perintah Allah yang wajib diturut (ditaati) oleh seorang
muslim. Dan di dalamnya termuat Ilmu Akhlak.
Pokok pembicaraan mengenai hubungan akhlak dengan ilmu hukum
adalah perbuatan manusia. Tujuannya mengatur hubungan manusia untuk
kebahagiannya.
Hubungan antara Ilmu Akhlak dengan Hukum Islam adalah akhlak dapat mendorong manusia untuk tidak berfikir dalam keburukan, tidak mengkhayal yang tidak berguna, sedangkan hukum dapat menjaga hak milik manusia dan mencegah orang untuk melanggar apa yang tidak boleh dikerjakan.
Selain itu, di dalam hukum terdapat sanksi-sanksi yang dapat memberi hukuman bagi seorang yang memiliki akhlak buruk. Misalnya saja suatu ketika ada seseorang yang berakhlak kurang baik melakukan suatu tindakan buruk contohnya mencuri, dia akan mendapatkan sanksi, karena secara hukum dia telah melakukan pelanggaran. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa hubungan antara Ilmu Akhlak dengan hukum disini adalah dalam hukum terdapat perintah dan larangan, jika melaksanakan yang diperintahkan berarti dapat dikatakan berakhlak baik, namun jika melanggar apa yang diperintahkan maka dapat dikatakan akhlaknya buruk, dan hukum memberi balasan atas baik buruknya akhlak.
Hubungan antara Ilmu Akhlak dengan Hukum Islam adalah akhlak dapat mendorong manusia untuk tidak berfikir dalam keburukan, tidak mengkhayal yang tidak berguna, sedangkan hukum dapat menjaga hak milik manusia dan mencegah orang untuk melanggar apa yang tidak boleh dikerjakan.
Selain itu, di dalam hukum terdapat sanksi-sanksi yang dapat memberi hukuman bagi seorang yang memiliki akhlak buruk. Misalnya saja suatu ketika ada seseorang yang berakhlak kurang baik melakukan suatu tindakan buruk contohnya mencuri, dia akan mendapatkan sanksi, karena secara hukum dia telah melakukan pelanggaran. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa hubungan antara Ilmu Akhlak dengan hukum disini adalah dalam hukum terdapat perintah dan larangan, jika melaksanakan yang diperintahkan berarti dapat dikatakan berakhlak baik, namun jika melanggar apa yang diperintahkan maka dapat dikatakan akhlaknya buruk, dan hukum memberi balasan atas baik buruknya akhlak.
Dari penyampaian tersebut diatas dapat dipahami bahwa
hubungan antara akhlak dengan ilmu-ilmu lainnya sangatlah erat, hal tersebut
disebabkan keduannya mempunyai titik pangkal yang sama yakni hati nurani.[5]
E.
Hubungan Antara Ilmu Akhlak dengan Ilmu Jiwa/psikologi
Dilihat dari
bidang pembahasannya, Ilmu Jiwa membahas tentang aspek kejiwaan yang tampak dalam
tingkah laku manusia. Berdasarkan uraian tersebut, dapat diketahui bahwa dalam
diri manusia terdapat potensi rohaniah yang cenderung kepada kebaikan dan
keburukan. Selain itu, didalam ilmu jiwa juga mengandung informasi tentang
perbedaan psikologis dalam setiap jenjang usia seseorang. Gejala psikologis
yang di alami setiap orang ini memberikan informasi tentang pentingnya
penyampaian ajaran akhlak sesuai perkembangan jiwa.
Dengan
demikian, Ilmu Jiwa juga dapat memberikan masukan dalam rangka merumuskan
tentang metode dan pendekatan dalam pembinaan akhlak seseorang.
Lihat al-Qur’an surah al-Balad ayat
10:

Artinya: “maka kami telah memberi petunjuk (kepada)nya
(manusia) dua jalan mendaki (baik dan buruk).
Pada masa
akhir-akhir ini, dalam Ilmu Jiwa terdapat suatu cabang yang disebut “ilmu jiwa
masyarakat”. Dimana ilmu tersebut menyelidiki akal manusia dari masyarakat.
Dalam hal ini yang diselidiki adalah masalah bahasa dan akibatnya terhadap akal
manusia, Adat kebiasan bangsa yang mundur dan perkembangan susunan masyarakat.
Dan cabang ilmu ini juga secara langsung memberi bekas pada etika melebihi dari
ilmu jiwa itu sendiri.[6]
F.
Hubungan Antara Ilmu Akhlak dengan Ilmu Pendidikan
Ilmu pendidikan dalam berbagai literatur
banyak berbicara mengenai berbagai aspek yang ada hubungannya dengan
tercapainya tujuan pendidikan. Ahmad D.Marimba mengatakan bahwa tujuan
pendidikan adalah identik dengan tujuan hidup seorang muslim, yaitu menjadi
hamba Allah yang mengandung implikasi kepercayaan dan penyerahan diri
kepada-Nya. Pendidikan dalam pelaksanaanya memerlukan dukungan orang tua
dirumah, guru di sekolah serta pimpinan tokoh masyarakat di lingkungan. Semua
lingkungan ini merupakan bagian integral dari pelaksanaan pendidikan, yang
berarti pula tempat dilaksanakannya pendidikan akhlak untuk meciptakan akhlak
yang baik bagi generasi bangsa.[7]
G.
Hubungan Antara Akhlak dengan Ilmu Sains Modern
Sains modern menurut bahasa yaitu suatu kepandaian baik
yang berkaitan dengan kebatinan maupun keadaan alam, yang dikelola menggunakan
teknologi mutakhir atau maju. Sedangkan menurut istilah sains modern adalah
bidang ilmu yang disusun tersistem berdasarkan metode tertentu yang dapat
digunakan untuk menerangkan segala bidang ilmu pengetahuan. Menurut Amien Rais,
sains modern ialah kumpulan segala ilmu modern menjadi satu mencakup disiplin
ilmu pasti, ilmu alam, dan ilmu sosial serta ilmu rohani budaya.
Jadi dapat
disimpulkan bahwa sains modern ialah ilmu yang mempelajari teknologi yang
mutakhir, terorganisasi, tidak dapat dicapai oleh akal secara mendalam dan
bersifat kontemporer.
Hubungan akhlak dengan sains modern meliputi:
a.
Akhlak dalam
Ilmu Pengetahuan
b.
Akhlak dan Ilmu
Keislaman
c.
Akhlak dalam
Ilmu Manajemen
d.
Akhlak dalam
Ilmu Ekonomi
e.
Akhlak dalam
Sistem Koperasi Islam
f.
Akhlak dalam
Ilmu Perbankan
g.
Akhak dalam
Ilmu Perpajakan
h. Akhlak dalam
Sistem Pendididikan
H.
Hubungan Antara Ilmu
Akhlak dengan Ilmu Ekonomi
Istilah ekonomi dalam bahasa Inggris
disebut economic, sedangkan ekonomi sendiri berasal dari bahasa Yunani, Oikos
dan Nomos yang berarti peraturan rumah tangga. menurut Alfred
Marshall, ilmu ekonomi adalah ilmu yang mempelajari manusia dalam kehidupan
sehari-hari bertindak dalam proses produksi, konsumsi, alokasi barang dan jasa
untuk memenuhi kebutuhanmanusia
Yang berhubungan dengan ilmu akhlak adalah sistem ekonomi Islam. ekonomi Islam adalah prinsip ekonomi yang berdasarkan syari’at islam yang bertujuan menciptakan kehidupan individu yang sehat dan kuat, sebagai individu atau anggota masyarakat. Dengan akhlak, maka tidak akan terjadi kecurangan dalam proses ekonomi. Semua perilaku ekonomi yang dilakukan akan berlangsung lancar karena semua yang dilakukan didasarkan atas nilai-nilai moral Dan budi pekerti yang mulia.[8]
Yang berhubungan dengan ilmu akhlak adalah sistem ekonomi Islam. ekonomi Islam adalah prinsip ekonomi yang berdasarkan syari’at islam yang bertujuan menciptakan kehidupan individu yang sehat dan kuat, sebagai individu atau anggota masyarakat. Dengan akhlak, maka tidak akan terjadi kecurangan dalam proses ekonomi. Semua perilaku ekonomi yang dilakukan akan berlangsung lancar karena semua yang dilakukan didasarkan atas nilai-nilai moral Dan budi pekerti yang mulia.[8]
I.
Hubungan
Antara Ilmu Akhlak dengan Ilmu Sosiologi
Dalam
ilmu akhlak mempelajari dan mengupas masalah perilaku, perbuatan manusia yang
timbul dari kehendak . Ilmu sosiologi mempersoalkan tentang kehidupan
masyarakat.
Manusia
tidak bisa hidup tanpa bermasyarakat. Dapat disebutkan pula bahwa ilmu
sosiologi mempelajari masyarakat manusia yang bagaimana supaya meningkat ke
atas, bagaikan tentang menyelidiki tentang bahasa, agama dan keluarga dan
bagaimana membentuk Undang-undang dan pemerintahan dan sebagainya. Dengan
demikian akan dapat membantu dalam memberi pengertian dari perbuatan manusia
dan cara menentukan hukum baik atau buruk, dan benar atau salah dari prilaku
seseorang yang diperdalam oleh akhlak.
Dengan
demikian ilmu akhlak erat hubungannya dengan ilmu sosiologi (kemasyarakatan).
J.
Hubungan
Antara Ilmu Akhlak dengan Iman
Iman menurut bahasa berarti:
membenarkan ( صدق)
Sedangkan
menurut syara’ adalah membenarkan dengan hati (
القلب تبرير)
Dalam
arti menerima dan tunduk pada apa yang diketahui bahwa hal tersebut dari agama
Nabi Muhammad Saw. Ada yang menyatakan lebih tegas lagi bahwa di samping
membenarkan dalam hati, juga menuturkan dengan lisan dan mengerjakn dengan
anggota badankemudian sebagaian ulama
menyebutkan pula bahwa imn ialah membenarkan rosul tentang apa yang beliau
datangkan dari tuhannya. Di samping itu membawa pengertian juga bahwa iman
tidak sekedar beriman kepada apa yang disebut dalam “rukun iman” saja . yaitu
iman kepada Allah, iman kepada para Malaikat-nya, iman kepada kitab-kitabnya,
iman kepada rosul-nya, iman kepada hari kiamat, dan iman kepada qadla dan
qadar, akan tetapi lebih dari itu mencakup pengimanan kepada apa-apa yang dibawa oleh Nabi Muhammad selain rukun
iman tersebut, seperti pengimanan terhadap kewajiban sholat, zakat, puasa dan
hajidan juga tentang halal ataupun haramnya sesuatu, dan sebagainya.
Akhlak
yang baik dalam muamalah dengan Allah mencakup 3 perkara :
1.
Membenarkan berita-berita dari Allah
2.
Melaksanakan hukum-hukum-Nya
3.
Sabar dan ridha kepada takdirnya.
K.
Manfaat
mempelajari Ilmu Akhlak
Sebagai
salah satu ciri khas ilmu adalah bersifat pragmatis. Keberadaan suatu ilmu
harus mempunyai fungsi atau faedah bagi manusia. Dengan ditemukan suatu teori-teori
pada ilmu, akan lebih menambah wawasan dalam bertindak dan berproses. Kegunaan
ilmu semata-mata untuk dapat mengetahui rahasia-rahasia di samping juga dapat
diperhitungkan baik atau buruknya suatu langkah yang dijalani.[9]
Tiap-tiap
ilmu memberi kepada yang mempelajarinya pandangan yang dalam di lingkungan yang
diselidiki oleh ilmu itu. Maka yang mempelajari etika (akhlak) dapat
menyelidiki dengan seksama segala perbuatan yang dikemukakan kepadanya, dengan
tidak tunduk dalam menentukan hukumnya kepada kebiasaan orang, tetapi segala
pendapatnya hanya diambil dari theory (pandangan) ilmu pengetahuan,
peraturan dan timbangannya.[10]
Zahruddin
AR dan Hasanuddin Sinaga juga memberikan penjelasan bahwa faedah mempelajari
ilmu akhlak itu adalah sangat penting dan mendasar, di antaranya adalah:
a. Ilmu
akhlak dapat menyinari orang dalam memecahkan kesulitan kesulitan rutin yang
dihadapi manusia dalam hidup sehari-hari yang berkaitan dengan prilaku.
b. Dapat
menjelaskan kepada orang sebab atau illat untuk memilih perbuatan yang baik dan
lebih bermanfaat.
c. Dapat
membendung dan mencegah kita secara kontinyu untuk tidak terperangkap kepada
keinginan-keinginan nafsu, bahkan mengarahkannya kepada hal yang positif dengan
menguatkan unsur iradah.
d. Mengerti
perbuatan baik akan menolong untuk menuju dan menghadapi perbuatan itu dengan
penuh minat dan kemauan.
e. Orang
yang mengkaji ilmu akhlak tetap akan dalam memvonis prilaku orang banyak dan
tidak akan mengekor dan mengikuti sesuatu tanpa pertimbangan yang matang
lebih dahulu.[11]
Dengan
bekal ilmu akhlak, orang dapat mengetahui batas mana yang baik dan batas mana
yang buruk. Juga dapat menempatkan sesuatu sesuai dengan tempatnya. Dengan
maksud dapat menempatkan sesuatu pada proporsi yang sebenarnya. Orang
yang berakhlak dapat memperoleh irsyad (dapat membedakan antara
amal yang baik dan amal yang buruk), taufiq (perbuatan yang sesuai
dengan tuntunan Rasulullah SAW), dan dengan akal yang sehat, juga dapat
memperoleh hidayah (seseorang akan gemar melakukan yang baik dan terpuji
serta menghindari yang buruk dan tercela, sehingga dapat bahagia di dunia dan
di akhirat, mendapat ridha Allah SWT serta disenangi oleh sesama makhluk).[12]
Beberapa
penjelasan di atas memberi petunjuk bahwa ilmu akhlak berfungsi memberikan
panduan kepada manusia agar mampu menilai dan menentukan suatu perbuatan dan
menetapkan perbuatan tersebut termasuk perbuatan yang baik atau buruk. Dengan
mengetahui yang baik akan mendorong untuk melakukan dan mendapatkan manfaat,
sedangkan dengan mengetahui yang buruk akan mendorong untuk meninggalkan dan
menghindarinya.
Selain
itu ilmu akhlak juga akan berguna secara efektif dalam upaya membersihkan diri
manusia dari perbuatan dosa dan maksiat. Diketahui bahwa manusia memiliki
jasmani dan rohani. Jasmani dibersihkan secara lahiriyah melalui fikih,
sedangkan rohani dibersihkan secara batiniyah melalui akhlak.[13]
Jika
tujuan tersebut dapat tercapai, maka manusia akan memiliki kebersihan jiwa yang
dapat melahirkan perbuatan-perbuatan terpuji. Dari perbuatan terpuji ini
akan lahir kondisi masyarakat yang damai, rukun, sejahtera lahir dan batin
serta kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
Dengan
memahami ilmu akhlak sebenarnya bukanlah jaminan bahwa setiap yang
mempelajarinya secara otomatis akan menjadi orang yang berakhlak mulia dan
bersih dari sifat-sifat tercela. Akan tetapi ilmu akhlak akan membuka mata hati
untuk mengetahui perbuatan tersebut dikatakan baik atau buruk. Selain itu akan
mendorong kehendak agar berbuat baik, yang tidak selalu berhasil kalau tidak
ditaati oleh kesucian hati.[14]
Hal ini
sebagaimana tersebut dalam al-Qur’an , (QS. Az-Zariyat:56)[15]

Tujuan
hidupmanusia yang sesungguhnya. Allah berfirman:

Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada,
kecuali jika mereka berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian)
dengan manusia, dan mereka kembali mendapat kemurkaan dari Allah dan mereka
diliputi kerendahan. Yang demikian itu karena mereka kafir kepada ayat-ayat
Allah dan membunuh para Nabi tanpa alasan yang benar. Yang demikian itu
disebabkan mereka durhaka dan melampaui batas.”
(QS. Ali Imron:112)[16]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
· Hubungan antara Ilmu Akhlak dan Ilmu
Tauhid adalah Tauhid memberikan arah terhadap akhlak, dan akhlak memberikan isi
terhadap arahan tersebut.
· Hubungan antara Ilmu Akhlak dan Ilmu
Tasawuf adalah Akhlak merupakan pangkal tolak tasawuf, sedangkan tasawuf adalah
esensi dari akhlak itu sendiri.
· Hubungan antara Ilmu Akhlak dengan
Ilmu Filsafat adalah di dalam Ilmu filsafat dibahas hal-hal yang berhubungan
dengan etika/akhlak dan dibahas pula tentang Tuhan dan bahkan menjadi cabang
ilmu tersendiri yaitu Etika dan Theodica. Setelah mempelajari ilmu ilmu
tersebut diharapkan dapat terwujud akhlak yang baik.
· Hubungan antara Ilmu Akhlak dengan
hukum disini adalah dalam hukum terdapat perintah dan larangan, jika
melaksanakan yang diperintahkan berarti dapat dikatakan berakhlak baik, namun jika
melanggar apa yang diperintahkan maka dapat dikatakan akhlaknya buruk, dan
hukum memberi balasan atas baik buruknya akhlak, dan dengan ilmu lain-lainnya.
B.
Saran
Semoga para pembaca makalah bisa
mencerna ilmu dari makalah tentang judul yang di atas, dan kami mengharapkan
saran dan kritik agar bisa membuat makalah yang lebih sempurna lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Mustofa,2014,akhlak tasawuf,Bandung: pustaka setia
Tualeka, Hamzah, 2011,akhlak tasawuf,Surabaya:IAIN Press
Zahruddin ,AR , 2000,Pengantar
Studi Akhlak, Jakarta: RajaGrafindo Persada
Amin, Ahmad,1975, Etika Ilmu
Akhlak, Jakarta: Bulan Bintang
Nata, Abuddin,2006, Akhlak Tasawuf,
Jakarta: PT Raja Grafindo
[2] QS. (98:5)
[3] QS.Al-Tahrim 66:6
[4] Harun Nasution ,Islam Rasional, Gagasan dan pemikiran (Bandung:
Mizan,1995)…57
[6] Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf (Jakarta: Rajawali Pers,
2011), hal. 17-32 H.A. Mustofa, Akhlak Tasawuf, (Pustaka Setia :
Bandung,1999)
[8] Abdullah, Yatimin. 2007. Studi Akhlak dalam Perspektif Al Qur’an
[15] QS. Az- zariyat 56
[16] QS. Ali imron 112
siapa penulisnya??
BalasHapus