DASAR-DASAR PERILAKU SOSIAL
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Manusia dimanapun dia berada, tidak dapat
dipisahkan dari lingkungan masyarakat. Oleh karena itu,sejak dahulu orang sudah
menaruh minat yang besar pada tingkah laku manusia dalam lingkungan sosialnya.
Minat yang besar ini tidak hanya muncul dari pengamat-pengamat awam,tapi juga
dikalangan para sarjan dan cendekiawan.
Sekalipun demikian, psikologi social ,sebagai
ilmu khusus yang mempelajari tingkah laku manusia dalam lingkungan sosialnya
baru timbul kurang dari 100 tahun yang lalu (Mc. Dougall,1908 ; Ross,1908).
Sebelum itu gejala perilaku manusia dalam masyarakat dipelajari oleh
antropologi dan sosiologi.
Sasaran penelitian psikologi social sendiri
adalah tingkah laku manusia sebagai individu. Inilah yang membedakan psikologi
social dari antropologi dan sosiologi yang mempelajari tingkah laku manusia
sebagai bagian dari masyarakatnya.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Jelaskan
dasar-dasar perilaku social dan pandangan terhadap manusia?
2. Jelaskan
hakikat manusia serta motiv sebagai sumber perilaku social?
3. Jelaskan
motivasi sebagai pendukung perilaku social?
C. TUJUAN
Agar mahasiswa mampu menjelaskan dasar-dasar
perilaku social, serta pandangan terhadap manusia. Selain itu mahasiswa mampu
memahami hakikat manusia, motif sebagai sumber perilaku social dan motivasi
sebagai pendukung perilaku social.
BAB II
PEMBAHASAN
A. DASAR-DASAR PERILAKU SOSIAL
Perilaku alami yaitu
perilaku yang dibawa sejak organisme dilahirkan,yaitu yang berupa
refleks-refleks dan insting-insting,sedangkan perilaku operan yaitu perilaku
yang dibentuk melalui proses belajar.Perilaku yang refleksif merupakan perilaku
yang terjadi sebagai reaksi secara spontan terhadap stimulus yang mengenai
organisme yang bersangkutan.Dalam perilaku yang refleksif respons langsung
timbul begitu menerima stimulus.Dengan kata lain begitu stimulus diterima oleh
reseptor,langsung timbul respons melalui afektor tanpa melalui pusat kesadaran
atau otak.
Pada perilaku yang
non-refleksif atau yang operan lain keadaannya.Perilaku ini dikendalikan atau
diatur oleh pusat kesadaran atau otak.Dalam kaitan ini stimulus setelah
diterima oleh reseptor,kemudian diteruskan ke otak sebagai pusat susunan
syaraf,sebagai pusat kesadaran,kemudian baru terjadi respons melalui
afektor.Proses yang terjadi dalam otak atau pusat kesadaran ini yang disebut
proses psikologis.
Pada manusia perilaku
psikologis inilah yang dominan,sebagain terbesar perilaku manusia merupaka
perilaku yang dibentuk,diperoleh, dipelajari melalui proses belajar.Perilaku
yang refleksif merupakan perilaku yang pada dasarnya tidak dapat
dikendalikan.Hal tersebut karena perilaku refleksif adalah perilaku yang
alami,bukan perilaku yang dibentuk.Perilaku yang operan (Skinner,1976),atau
perilaku yang psikologis (Branca,1964) merupakan perilaku yang
dibentuk,dipelajari,dan dapat dikendalikan,karena itu dapat berubah melalui
proses belajar.Di samping perilaku manusia itu dapat dikendalikan,perilaku
manusia juga merupakan perilaku yang integreted,yang berarti bahwa keseluruhan
individu atau organisme itu terlibat dalam perilaku yang bersangkutan,bukan
bagian demi bagian.
1.
Menurut Pendapat Kaum Stoic
Menurut pendapat kaum
Stoic,yang menyatakan bahwa manusia adalah bagian dari dunia keteraturan yang
alamiah dan rasional sehingga mempunyai tanggung jawab satu dengan yang lain
dan secara bersama-sama mengejar kebahagiaan.Karena itu,manusia bersifat
kooperatif,etis,altruis (suka menolong),dan penuh cinta kasih.
2.
Menurut Pendapat Epicurean
Kedua,menurut pandangan
kaum Epicurean yang menyatakan bahwa manusia pada dasarnya hedonistik,tertarik
pada interes dan mau menangnya sendiri.Masyarakat bukanlah sesuatu yang
alami.Ia terbentuk karena interes individu untuk bergabung demi keamanan
dirinya sendiri dan demi kehidupan ekonomi yang lebih baik.Jadi,manusia adalah
kompetitif,hedonistik,dan pencari kesenangan.
Akan tetapi,kedua
pandangan itu mempunyai problemnya sendiri.Problem kaum Stoic, adalah “ika
manusia kooperatif mengapa ada perang?”,sedangkan problem kaum Epicurean adalah
“Jika manusia hedonis mengapa ada masyarakat?”.Ini disebut “problem keteraturan
dari Hobbes” (karena dikemukakan oleh Thomas Hobbes).Menurut Hobbes,jawabannya
adalah ketakutan akan kematian yang tinggi dinilai lebih kuat daripada
kebebasan mengejar tujuan-tujuan individual.
B. PANDANGAN TENTANG MANUSIA
1.
Calvinisme
Manusia adalah ciptaan Allah
yang ditempatkan di tengah ciptaan lain sebagai pelayan pekerjaan Allah.
Manusia diciptakan dalam gambar Allah dengan pengetahuan, kebenaran dan
kekudusan. Sebagai gambar Allah manusia memiliki kehendak bebas yang memiliki kemampuan
bebas untuk taat atau tidak pada hukum Allah.
Manusia terdiri dari jiwa dan
raga. Jiwa adalah suatu wujud yang abadi, tetapi yang diciptakan juga sebagai bagian
manusia paling luhur. Meskipun manusia dalam rupa lahiriah mencerminkan kemuliaan
Allah, tetapi gambar Allah sebenarnya terdapat dalam jiwa.
Allah membuat hubungan perjanjian
dengan manusia. Allah menjanjikan berkat dan rahmat-Nya sedangkan manusia harus
menguasai alam dengan menyadari statusnya sebagai ciptaan di bawah kuasa kedaulatan
Allah.
Namun manusia melanggar perjanjian
ini dengan memberontak terhadap kekuasaan Allah. Dalam cobaan Iblis manusia menempatkan
dirinya di luar kekuasaan Allah dan menyembah ciptaan daripada sang Pencipta.
Oleh karena itu manusia jatuh dalam penghakiman Allah.
2.
Dr. Harun
Manusia bukanlah keturunan Tuhan
Allah, ia juga bukan mengalir keluar dari Allah tetapi diciptakan Allah. Semula
manusia tidak ada, kemudian adanya karena diciptakan oleh Allah.
Tubuh manusia menampakkan pribadi
manusia dalam keseluruhannya dari segi yang lahir. Jiwa atau nyawa adalah ungkapan
Alkitab untuk menyebut manusia dalam keseluruhannya dari segi batin, sebagai makhluk
yang bernafsu, berkehendak, berpikir dan sebagainya. Hati adalah ungkapan Alkitab
untuk mengungkapkan segi hidup manusia yang tidak tampak yakni segi batin, yang
menjadi asas pribadi manusia. Roh adalah segi hidup manusia yang batin juga,
yang dapat menerima dan menyatakan pengamatan rohani. Rohini tidak berdiri sendiri
melainkan manusia sebagai keseluruhan, sebagai makhluk yang berpikir, berbuat,
berkehendakdan lain-lain. Jadi badan jiwa mengungkapkan manusia seutuhnya, demikian
juga halnya dengan hati dan roh.
Hubungan antara jiwa, nyawa,
pati dan roh di satu pihak dengan tubuh di lain pihak, jika hendak dirumuskan dalam
bahasa ilmiah psikologi, dapat disebut 'aku' atau ego di satu pihak dengan badan
di lain pihak. Hubungan 'aku' denganbadanbukanlahsebagai 'yang tinggi' dan'
yang rendah', bukansebagaizathalusdanzatkasarmelainkansebagai 'inti'
danperiferiatau sekitarnya.569
3. Perbandingan
Dr.
Harun dan Calvinisme sama-sama menegaskan bahwa manusia adalah ciptaan Allah,
walaupun memakai argumen yang berbeda.
Calvin menegaskan pandangan ini untuk menghadapi
bidat Manikheis pada zamannya yang mengajarkan bahwa jiwa itu adalah cangkokan
hakekat Allah, seakan sebagian dari keilahian yang tanpa batas itu telah
mengalir ke dalam manusia. Sedangkan Dr. Harun menekankan hal ini sesuai
konteks masyarakat Indonesia yang banyak menghadapi aliran kebatinan maupun
agama-agama yang mengajarkan bahwa manusia bukan keturunan Allah, bukan
mengalir keluar dari Allah dan lain-lain.
C. HAKIKAT MANUSIA
Bahwasannya manusia itu merupakan suatu keseluruhan
yang tidak dapat dibagi-bagi, tampaknya sudah jelas bagi kita. Hal ini merupakan arti pertama
dari ucapan “ manusia adalah makhluk individual”. Asal kata individu berarti
“tidak dapat dibagi-bagi”. Makluk individual berarti makhluk yang tidak dapat
dibagi-bagi (individere). Akan tetapi, apabila kita menyimak pendapat –pendapat
filsuf mengenai manusia ini belum ditegaskan.
Aristoteles seakan-akan berpendapat
bahwa manusia itu merupakan penjumlahan dari beberapa kemampuan tertentu yang
masing-masing bekerja tersendiri, seperti kemampuan-kemampuan vegetative:
makan, berkembangbiak , kemampuan sensitif; bergerak mengamat-amati, bernafsu dan
berperasaan; dan kemampuan intelektif; berkemauan dan berkecerdasan.
Barulah Wilhelm Wundt dan terutama
ahli-ahli psikologi modern yang menegaskan bahwa jiwa manusia merupakan suatu kesatuan
jiwa raga yang berkegiatan sebagai keseluruhan. Mereka menegaskan bahwa apabila
kita mengamati sesuatu, maka kita bukan hanya melihat sesuatu dengan indra mata
kita, tetapi juga dengan seluruh minat-perhatian yang kita curahkan kepada objek
yang kita amati itu, dan minat-perhatian ini sangat dipengaruhi oleh niat dan kebutuhan
kita pada waktu itu. Selain itu, dalam mengamati sesuatu terlibat pula
pengalaman-pengalaman kitakhususnya dalam hal menafsirkan segala-galanya yang kita
amati itu. demikianlah, keseluruhan jiwa raga kita terlibat dalam pengamatan kita,
dan tidak hanya mata.[1]
1.
Manusia sebagai makhluk sosial
Segi utama lainnya yang
perlu diperhatikan adalah bahwa manusia secara hakiki merupakan makhluk sosial.
Sejak ia dilahirkan, ia membutuhkan pergaulan dengan orang-orang lain untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan biologisnya, yaitu makanan, minuman, dan lain-lain.
Pada dasarnya, pribadi manusia
tidak sanggup hidup seorang diri tanpa lingkungan psikis atau rohaniahnya walaupun
secara biologis fisiologis ia mungkin dapat mempertahankan dirinya pada tingkat
kehidupan vegetative.[2]
2.
Manusia Sebagai Makhluk Berketuhanan
Segi terakhir ini sebenarnya
tidak diterangkan secara khusus dalam rangka karangan ini, dan sebenarnya termasuk
cabang psikologi keagamaan yang bukan tempatnya
di sini untuk diuraikan dengan khusus. Walaupun demikian, seharusnya pula segi ketiga
ini disebut karena senantiasa ada pengaruhnya di dalam pembicaraan ilmu pengetahuan
tentang manusia. Manusia, selainmakhluk individual yang sebenarnya tidak perlu dibuktikan
kebenarannya, sekaligus juga merupakan makhluk sosial. Hal ini pun sebenarnya tidak
perlu dibuktikan. Di sampingitu, ia merupakan makhluk yang berketuhanan. Hal
terakhir juga tidak perlu dibuktikan.[3]
3. Manusia sebagai hewan
Sebagai hewan manusia mempunyai
berbagai naluri dasar yang mengendalikan dan mengarahkan perilakunya agar dapat
bertahan dari segala ancaman, yaitu hubugan seks, makan, pertahanandiri, dan pertahanan
kelompok terhadap serangan dari luar.
Manusia belajar memenuhi berbagai
dorongan dan mengembangkan dorongan tingkat kedua (secondary drive) yang
dipelajari dari pengalaman. Kebanyakan perilaku social dikembangkan melalui
proses pembentukan dorongan tingkat kedua ini.
Misalnya dorongan untuk makan,
berkembang menjadi dorongan tingkat kedua yaitu makan nasi (merasa tidak kenyang
kalau belum makan nasi walau sudah makan makanan jenis lainnya). Kemudian,
berkembang menjadi dorogan tingkat ketiga yaitu makan nasi padang. Dorongan tingkat
keempat adalah makan nasi padang di restoran “Simpang Lima” yang terkenal enak,
dan seterusnya.[4]
4.
Manusia Sebagai Pencari Keuntungan
Doktrin bahwa manusia mengejar
kesenangan dan menghindari kesakitan, disebut Hedonisme. Thibaut dan Kelley
adalah peneliti-peneliti psikologi yang mengembangkan teori tentang hukum
ekonomi dalam psikologi. Teori yang dinamakan teori timbal balik (exchange
theory) ini menjelaskan adanya prinsip untung rugi dalam interaksi manusia.[5]
5.
Manusia Sebagai Salah Satu Unsur Dalam Lingkungan Fisika.
Beberapa teoretikus mulai tidak
tertarik pada sumber motivasi tetapi lebih berminat untuk mempelajari perwujudan
motivasi itu dalam bentuk perilaku fisik, menurut pandangan ini, setiap gerak tubuh
manusia merupakan refleki dari operasi gabungan dalam berbagai daya yang ada di
lapangan, jadi analognya dengan jatuhnya sebuah bola yang merupakan hasil daya
Tarik bumi, dengan demikian motivasi menurut hobbes adalah gerak miniature di
dalam tubuh. Model neuton ini digunakan juga untuk menerangkan hubungan antara manusia.[6]
6.
Manusia Sebagai Ilmuan
Manusia cenderung berpikir sebab
akibat dan cenderung menggolong-golongkan segala seusuatu (baik-buruk,
benar-salah, dsb) sebagai mana layaknya setiap ilmuan. Manusia dengan sifat ilmuannya,
akan terdorong untuk bertindak, misalnya menanyakan kepada orang yang basah kuyup
itu, mengapa basah seperti itu.[7]
D. MOTIF SEBAGAI
SUMBER PERILAKU SOSIAL
Motif adalah dorongan
yang sudah terikat pada suatu tujuan.
Misalnya, apabila seorang merasa lapar, itu berarti dia membutuhkan atau
menginginkan makanan. Motif menunjuk hubungan sistematik antara suatu respons
atau suatu himpunan respons dengan
keadaan dorongan tertentu. Apabila dorongan dasar itu bersifat bawaan, maka motif itu hasil
proses belajar. Ada bebarapa devinisi tentang motif ;
1.
Gerungan (1966)
Motif itu merupakan
suatu pengertian yang melengkapi semua penggerak alasan-alasan atau
dorongan-dorongan dalam diri manusia yang menyebabkan ia berbuat sesuatu.
2.
Lindzey, hall dan Thompson (1975)
Motif adalah
sesuatu yang menimbulkan tingkah laku.
3.
Atkinson (1958)
Motif sebagai
suatu disposisi laten yang berusaha dengan kuat untuk menuju ke tujuan
tertentu, tujuan ini dapat berupa prestasi ataupun kekuasaan.
4.
Sri Mulyani Martaniah (1982)
Motif adalah
suatu konstruksi yang potensial dan laten, yang dibentuk oleh
pengalaman-pengalaman, secara relatif dapat bertahan meskipun kemunkinan
berubah masih ada, dan berfungsi menggerakkan serta mengarahkan perilaku ke
tujuan tertentu.
Definisi dari beberapa motif di atas dapat di simpulkan bahwa motif
adalah sesuatu yang ada pada diri individu yang menggerakkan atau membangkitkan
sehingga individu itu berbuat sesuatu.
Sedangkan
motif sosial itu sendiri ialah motif yang timbul untuk memenuhi kebutuhan
individu dalam hubungannya dengan lingkungan sosialnya.
Motif timbul karena adanya kebutuhan /need. Berbeda dengan yang
lain, kebutuhan dapat diartikan sebagai sebuah kekuranga yang dapat dipenuhi
secara wajar dengan berbagai benda lainnya apabila benda khusus yang di ingini
tidak dapat di peroleh.
Kebutuhan (need) dapat dipandang sebagai kekurangan adanya sesuatu,
dan ini menuntut segera pmenuhannya, agar segera mendapatkan keseimbangan. Seperti gambaran
di bawah ini yang menyebabkan seseorang bertindak memenuhinya :
Kebutuhan
(need)
|
Motive
|
Perilaku
|


1.
Makanan 1.
Lapar 1.
Makan
2.
Oksigen 2.
Sesak nafas 2.
bernafas
3.
Air 3.
Haus 3.
Minum
Seperti telah disebut di muka, kebutuhan dan motif tidak bisa di
amat. Yang menampakkan atau bisa di amati perilakunya. Selain pengamatan
terhadap tingkah laku individu ada jalan lain untuk mengetahui atau meyakini
adanya kebutuhan dan motif ialah dengan
mengetahui pengalaman pribadi.[8]
Macam Macam Motif :
1.
Motif Biogenetis
Motif biogenetis merupakan motif yang berasal dari
kebutuhan-kebutuhan organisme orang demi kelanjutan kehidupan secara biologis
dan berasal dari lingkungan kebudayaanya.
2.
Motif Sosiogenetis
Motif sosiogenetis dalah motif yang dipelajari orang dan berasal
dari lingkungan tempat orang itu berada dan berkembang.
3.
Motif Teogenetis
Motif teogenetis ini ebrasal dari nteraksi antara manusia dengan
tuhannya seperti yang nyata dalam ibadahnya dan dalam kehidupan sehari-hari
dimana ia berusaha merealisasi norma-norma agama tertentu.[9]
E.
MOTIVASI SABAGAI PENDUKUNG PERILAKU SOSIAL
Bagaimana memotivasi orang lain merupakan masalah yang penting
untuk dibicarakan. Beberapa cara yaitu : (Sartain, North, Strange, Chapman,
1973, hal. 324-326) :
1.
Memotivasi dengan kekerasan / motivating by force.
Suatu
ketikan seorang pemimpin akan melakukan cara ini agar anak buahnya melakukan
apa yang harus dilakukannya. Motivasi ini lebih menekankan kepada sikap yang
menimbulkan perasaan tidak senang bagi subjek yang terkena.
2.
Motivasi dengan bujukan/ motivating by enticement
Cara
kedua ini berupa meberikan bujukan atau memberikan suatu hadiah, bila orang
lain itu mengerjakan sesuatu
3.
Memotivasi dengan identifikasi/ motivating by identivication or ego
Ini
merupakan cara yang terbaik untuk memotivasi orang lain. Dalam hal ini mereka
berbuat sesuatu dengan suatu rasa percaya diri sendiri bahwa apa yang
dilakukannya adalah untuk mencapai tujuan tertentu.[10]
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
DASAR-DASAR PERILAKU SOSIAL yaitu di
samping perilaku manusia itu dapat dikendalikan, perilaku manusia juga
merupakan perilaku yang integreted, yang berarti bahwa keseluruhan individu
atau organisme itu terlibat dalam perilaku yang bersangkutan, bukan bagian demi
bagian.
Menurut Pendapat Kaum Stoic, yang
menyatakan bahwa manusia adalah bagian dari dunia keteraturan yang alamiah dan
rasional sehingga mempunyai tanggung jawab satu dengan yang lain dan secara
bersama-sama mengejar kebahagiaan.
Dan Menurut Pendapat Epicurean, yang
menyatakan bahwa manusia pada dasarnya hedonistik,tertarik pada interes dan mau
menang sendiri.
Pandangan Tentang Manusia menurut Calvinisme manusia
adalah ciptaan Allah yang ditempatkan di tengah ciptaan lain sebagai pelayan
pekerjaan Allah. Sedangkan menurut Dr. Harun manusia bukanlah keturunan Tuhan
Allah, ia juga bukan mengalir keluar dari Allah tetapi diciptakan Allah.
Hakikat manusia bahwasannya
manusia itu merupakan suatu keseluruhan yang tidak dapat dibagi-bagi, tampaknya sudah jelas bagi kita. Hal ini merupakan arti
pertama dari ucapan “ manusia adalah makhluk individual”. Motif adalah dorongan
yang sudah terikat pada suatu tujuan. Ada banyak macam motif diantaranya Motif Biogenetis, Motif
Sosiogenetis, dan sebagainya.
Cara-cara motifasi diantaranya Memotivasi dengan kekerasan / motivating by force, Motivasi
dengan bujukan/ motivating by enticement, Memotivasi
dengan identifikasi/ motivating by identivication or ego.
Komentar
Posting Komentar