TEORI KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa bantuan orang lain. Oleh karena itu kehidupan sosial manusia sangat memengaruhi bagaimana manusia itu berinteraksi dengan orang lain. Melalui interaksi ini kita dapat melihat bagaimana kemampuan seseorang dalam mengelola kehidupan sosial dan lingkungan dengan baik. Untuk itu dibutuhkan sumber daya manusaia yang berkualitas, salah satunya sesorang yang mampu memimpin, setidaknya memimpin dirinya sendiri. Sampai sejauh ini masih menjadi perdebatan mengenai apakah pemimpin dilahirkan atau dibuat. Dari perdebatan tersebut banyak orang yang mencari tahu apa saja teori-teori yang muncul terkait kepemimpinan dan mitos kepemimpinan yang membuat seseorang mempunyai pandangan yang berbeda kepada seorang pemimpin.
Kepemimpinan dapat diartikan sebgai suatu proses arahan, bimbingan perintah kepada orang lain dalam memilih dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Kepemimpinan merupakan perubahan, yang mana seorang pemimpin harus mampu membangkitkan motivasi kepada bawahannya dan mengubah perilaku mereka agar dapat meraih keberhasilan program. Dengan berjiwa pemimpin manusia akan dapat mengelola diri, kelompok dan lingkungan dengan baik.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa sajakah Teori-teori Kepemimpinan Pendidikan Isam?
2.      Bagaiamana mitos-mitos yang ada dalam Kepemimpina Pendidikan Islam?

C.    Tujuan Penulisan
Agar dapat memahami apa saja teori dalam kepemimpinan dan mitos-mitos apa saja yang telah berkembang di tengah-tengah Masyarakat.
BAB II
PEMBAHASAN
A.      Teori Kepemimpinan Pendidikan
Kepemimpinan adalah setiap tindakan yang dilakukan oleh individu atau kelompok untuk mengkoordinasi dan memberi arah kepada individu lain atau kelompok lain yang tergabung dalam wadah tertentu untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.[1] Kepemimpinan oleh banyak pakar, peneliti dan praktisi tetap dipandang sebagai suatu  misteri. Mereka secara terus menerus melakukan sebuah penelitian atau pengamatan untuk mendapatkan arti kepemimpinan yang sesungguhnya. Banyak dan beragamnya cabang ilmu yang tergabung dalam “ilmu kepemimpinan” membuat kepemimpinan itu dijadikan sebagai hal yang menarik untuk menjadi fokus utama dalam penelitian dan diskusi. Seirama dengan itu, teori-teori dalam kepemimpinan pun terus bermunculan.
Teori-teori dalam kepemimpinan berfokus pada kualitas yang membedakan antara pemimpin dan pengikut (leaders and followers) pada awalnya. Seiring berjalannya waktu, teori-teori kepemimpinan berkembang dengan memandang variable lain seperti faktor-faktor situasional dan tingkat keterampilan individual. Jika dicermati dari berbagai referensi, teori kepemimpinan beragam jumlahnya.Dari sekian ragam teori tersebut, muncullah sebutan dengan istilah “Delapan Jenis Teori Kepemimpinan (The 8 Genre of Leadership Theory). [2] Delapan teori tersebut antara lain:
1.         Teori genetis
Teori ini sering disebut sebagai the great man theory. Teori ini berasumsi bahwa kapasitas kepemimpinan itu bersifat inheren, bahwa pemimpin besar dilahirkan, bukan dibuat (leader are born, not made). Dalam teori ini digambarkan bahwa pemimpin besar sebagai heroic mitos, dan ditakdirkan untuk naik ke tampuk kepemimpinan ketika diperlukan. Sebagai dampak dari teori ini maka dalam budaya kelompok tertentu mempercayai adnya penurunan bakat secara genetis sebagai faktor penentu kepemimpinan dari kalangan ningrat dan mereka yang pernah memegang jabatan tinggi.[3]
2.      Teori sifat
Teori ini mengasumsikan bahwa manusia yang mewarisi sifat-sifat tertentu dan sifat-sifat yang membuat mereka lebih cocok untuk menjalankan fungsi kepemimpinan. Dalam teori ini sering dilakukan pengidentifikasian terhadap karakteristik kepribadian dan perilaku yang dimiliki oleh seorang pemimpin. Teori ini mempunyai kelemahan dalam menjawab pertanyaan bagaimana kita menjelaskan orang-orang yang memiliki sifat-sifat kepemimpinan tetapi dia bukan pemimpin?. Dalam teori ini masih didapatkan kesulitan dalam menjelaskan bagaimana sifat kepemimpinan.
3.         Teori kontingensi
Contingency Theory of Leadership adalah nama lain dari teori ini. Teori  ini memfokuskan pada variable tertentu yang berhubungan dengan lingkungan yang bisa menentukan gaya kepemimpinan yang cocok untuk situasi yang cocok pula. Teori ini berpendapat bahwa tidak ada gaya yang terbaik dalam segaa situasi. Kesuksesan pemimpin dalam memimpin tergantung pada sejumlah variable, termasuk gaya kepemimpinan, kualitas pengikut, dan situasi yang mengitarinya.
4.         Teori situasional
Teori kepemimpinan situasional (situational theory of leadership) mengasumsikan bahwa pemimpin memilih tindakan terbaik berdasarkan situasinya. Gaya kepemimpinan dipilih berdasarkan bagaimana situasi pada saat itu. Dalam kaitannya dalam kepemimpinan guru, tradisi sekolah kita tidak membolehkan guru bertindak keras dalam menghukum siswa. Tapi berbeda pada saat siswa melakukan kesalahan yang bertubi-tubi. Guru harus mengenal situasi kapan dirinya harus melakukan tindakan yang berbeda.

5.         Teori perilaku
Teori ini seing disebut teori sosial atau lingkungan. Teori perilaku kepemimpinan atau yang disebut dengan behavioral theory of leadership, didasari pada keyakinan bahwa pemimpin yang hebat dapat dibentuk, bukan dilahirkan (leader are made, not born). Teori ini bertolak belakang dengan teori genetis. Teori ini berfokus pada tindakan pemimpin, bukan kualitas mental atau internal. Menurut teori ini, orang bisa belajar menjadi pemimpin, misalnya melalui pelatihan atau observasi.
6.         Teori partisipatif
Teori ini menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan yang ideal adalah mengambil prakarsa bagi pelibatan orang lain. Maksudnya, dalam sebuah kepemimpinan harus melibatkan orang lain dalam mengambil keputusan. Pemimpin seperti ini mendorong partisipasi dan kontribusi dari anggota kelompok dan membantu anggota kelompok merasa lebih relevan dan berkomitmen terhadap proses pembuatan keputusan. Dalam teori ini, pemimpin memiliki hak untuk mengizinkan masukan dari orang lain.
7.         Teori transaksional
Teori ini sering disebut sebagai teori-teori manajemen. Teori transaksional berfokus pada peran pengawasan, organisasi, dan kinerja kelompok. Teori ini sifatnya tidak permanen karena dalam masa-masa tertentu pemimpin dapat diberhentikan, baik secara prosedural atau dengan cara revolusi lantaran bedasarkan hasil evaluasi.[4]Dasar dari teori ini adalah ganjaran dan hukuman. Sebagai contoh, misalkan pada sebuah kepemimpinan ada satu anggota yang mempunyai kelebihan maka dia dipuji , sedangkan apabila dia melakukan kesalahan maka dia dihukum. Dari uraian itulah mengapa teori ini srering dikatakan identik dengan teori manajemen.
8.         Teori transformasional
Teori ini sering disebut dengan teori relasional kepemimpinan (relational theories of leadership). Focus teori ini adalah hubungan yang terbentuk antara pemimpin dan pengikutnya. Pemimpin bertugas memotivasi, menginspirasi dan memahami orang dengan membantu anggota kelompok memahami potensinya untuk kemudian ditransformasikan menjadi perilaku nyata dalam rangka penyelesaian tugas pokok dan fungsi dalam kebersamaan. Pemimpin tranformasional terfokus pada kinerja anggota kelompok, tapi juga ini setiap orang untuk memenuhi potensinya. Pemimpin pada teori ini memilki etika yang tinggi dan standar moral.

B.     Mitos Kepemimpinan Pendidikan
Ada beberapa penjelasan mengenai mitos-mitos kepemimpinan ini. Untuk itu dalam makalah ini akan dijelaskan beberapa poin-poin tentang mitos-mitos kepemimpinan.
1.             Mitos versi Smith
Sebuah mitos adalah yang salah, tetapi diyakini benar. Gregory P. Smith mengemukakan beberapa mitos kepemimpinan sebagai berikut[5] :
a.       Kemampuankepemimpinanadalahsesuatu yang langka yang hanyadimilikiolehbeberapa orang. Kebanyakan orang memiliki potensi untuk menjadi pemimpin yang baik. Kepemimpinan bukanlah seperti diet. Seperti kebanyakan belajar keterampilan, dan banyak trial by eror. Bahan utama membuat orang menjadi pemimpin yang baik adalah kemampuan untuk peduli tentang orang lain. Bahan yang kedua adalah rasa ingin mencapai tujuan, visi, atau misi. Seorang pemimpin yang baik berupa grafik kursus dan memberikan arah kepada orang-orang yang dipimpinnya.
b.      Pemimpin adalah kharismatik. Banyak pemimpin kharismatik tapi pengalaman menunjukkan bahwa mereka tidak mampu melakukan pengawasan yang lebih ketat dan berkolaborasi baik dengan orang-orang yang dipimpinnya. Dalam menjalankan peran kepemimpinan, keterampilan yang sangat, lebih penting daripada keterampilan teknis. Namun, pemimpin yang terbaik adalah mereka yang bekerja kearah tujuan. Kemampuan seseorang mencapai tujuan dan misi organisasi akan membuatnya berkharisma, bukan sebaliknya.
c.       Orang dengan peringkat atau posisi tertinggilah yang layak menjadi pemimpin. Kepemimpinan sejati tidak didasarkan pada posisi atau peringkat. Kepemimpinan sejati didasarkan pada tindakan, kinerja, kamampuan, dan keefektifan. Kita semua bekerja untuk berhubungan dengan orang-orang yang ditempatkan dalam peran-peran kepemimpinan yang memang lebih untuk menakut-nakuti dan menghancurkan bisnis dari pada apapun. Perusahaan terbaik beruusaha keras untuk mengambangkan dan menciptakan sebanyak mungkin pemimpin.
d.      Kepemimpinan yang efektif didasarkan pada control, paksaan, dan manipulasi. Kepemimpinan adalah tentang masa depan, bukan masa lalu. Joel Barker memiliki kutipan terbaik tentang kepemimpinan. “Seseorang pemimpin adalah seseorang yang akan mengikuti anda ketempat anda, tidak akan pergi ke diri dan dari diri sendiri”. Pemimpin yang baik mendapatkan pengikut keluar dari rasa gila hormat dan kemampuan orang untuk bekerja kearah tujuan tertentu atau mencapai tujuan.
e.       Pemimpin yang baik berkualifikasi akademik dan pengalaman pendidikan lebih dari pada orang lain. Derajat pendidikan mungkin berarti seseorang memiliki pendidikan yang baik, tetapi tidak selalu berarti dia adalah seseorang pemimpin yang baik. Ketika datang memasuki dunia kepemimpinan, pengalaman adalah guru terbaik.
2.             Mitos kepemimpinan eksekutif
Hidup itu kesempatan dan memimpin itu peluang. Kepemimpinan itu sangat sulit dipahami, seringkali ia menjelma sebagai mitos, yang pada tataran eksekutif disebut sebagai mitos kepemimpinan eksekutif. Ada beberapa mitos kepemimpinan eksekutif sebagai berikut[6] :
a.       Seseorang pemimpin dilahirkan, memiliki atau tidak sifat-sifat kepemimpinan. Pemikiran bahwa pemimpin itu dilahirkan adalah mitos belaka. Banyak kegiatan pelatihan telah membantu individu-individu, eksekutif, dan manusia organisasi mencapai potensi kepemimpinan sejati yang didasarkan pada filosofi bahwa untuk memahami kepemimpinan, seseorang harus benar-benar memahami dirinya sendiri.
b.      Memiliki jabatan kepemimpinan motivasi orang untuk menjadi pengikut. Kepemimpinan tidak ditentukan oleh jabatan atau gelar yang diberikan kepada seseorang. Melainkan yang paling kuat, fenomenal dan mengubah hidup aspek kepemimpinan adalah ketika orang-orang terinspirasi dan bersemangat untuk mengikuti pemimpinnya, bukan ketika orang-orang yang wajib mengikutinya. Potensi kepemimpinan dapat dibantu diungkap kepermukaan dan dikembangkan melalui pelatihan, belajar dari pengalaman, dan belajar mandiri.
c.       Orang dengan jabatan lebih tinggi adalah contoh pemimpin yang baik. Tidak ada waktu lebih baik dari sekarang untuk melihat mitos ini begitu hancur di banyak industry. Kepemimpinan tidak didefinisikan oleh dan atas nama pekerjaan. Hanya karena seseorang memiliki kewenangan mengesankan tidak harus berarti bahwa ia adalah contoh yang baik dari seseorang pemimpin. Kepemimpinan sejati adalah ketika tindakan seseorang menyebabkan orang yang ingin mengikutinya.
d.      Potensi kepemimpinan hanya ada pada beberapa orang. Kepemimpinan milik semua orang, bukan hanya segelintir orang. Setiap orang memiliki inti kemampuan kepemimpinan di dalam diri kita sendiri. Inti kemampuan kepemimpinan didefinisikan dan didorong oleh keinginan individu untuk sukses dan tumbuh. Inti kepemimpinan dimaksud adalah kekal tanpa akhir dan haus karena ingin memperbaiki.

3.             Membunuh 6 mitos kepemimpinan
Seorang pemimpin tidak harus lebih besar dari pada kehidupan. Pemimpin ada pada tempat dia perlukan. Menurut David R. Jagal ada beberapa mitos kepemimpinan sebagai berikut :
a.       Pemimpin sebagai seseorang bintang rock atau leader as rock star. Juga disebut “Great Man Sindrom”. Mitos ini mengatakan bahwa pemimpin untuk menjadi efektik harus memiliki beberapa sifat yang sukar dipahami selayaknya ‘bintang rock’, lebih besar dari pada kehidupan dan kepribadian. Kalau tidak, orang tidak akan mengikutinya. Sementara beberapa pemimpin memiliki kepribadian kharismatik, ini pun bukan merupakan prasyarat untuk menjadi seorang pemimpin yang efektif.
b.      Kepemimpinan hanya untuk mereka dalam posisi senior atau leadership is only for those in senior in senior positions. Mitos ini mengatakan bahwa teknik-teknik kepemimpinan tidak berlaku untuk “pekerja biasa”. Meskipun istilah “pemimpin” yang paling sering dikaitkan dengan eksekutif senior, tujuan dan peran kepemimpinan berlaku, baik dalam pengaturan proyek, pemecahan masalah kelompok, maupun kelompok sukarela. “Yang benar adalah bahwa kepemimpinan adalah urusan semua orang”.
c.       Pemimpin dilahirkan, tidak diciptakan atau leaders are born, not made. Kepemimpinan adalah kemampuan langka hanya diberikan kepada beberapa orang. Ini adalah mitos. Banyak hal yang tidak dapat dipahami dari “kepemimpinan” dan bagaimana hal itu tetap merupakan komponen yang beberapa orang lain telah dan ingin mencapainya.
d.      Hanya manajer proyek yang akan menjadi seseorang pemimpin atau only the project manajer can be a leader. Meskipun kepemimpinan sering dikaitkan dengan strategi dan rencana, sebagai domain dari manajer proyek siapapun di suatu proyek dapat maju dan mengambil peran kepemimpinan. Ini tidak perlu mengancam atau melemahkan peran manajer proyek. Sebaliknya, manajer dapat mengambil tanggungjawab atas masalah atau isu.
e.       Kepemimpinan berurusan dengan pengendalian atau leadership is about control. Kepemimpinan bukanlah tentang komando atau control, melainkan tentang bagaimana membuat orang bersemangat atas tujuan organisasi dan memungkinkan mereka mencapainya. Pemimpin tidak menentukan secara tepat bagaimana hal-hal harus dilakukan.
f.       Pemimpin adalah maha tahu dan dapat melakukan semua hal atau the complete or ultimate leader. Pendapat yang menyimpang ,bahwa setiap orang dapat melakukan semua hal yang diperlukan. Ini digambarkan sebagai model seorang pemimpin yang baik. Sudah waktunya untuk mengakhiri mitos pemimpin yang lengkap atau sempurna. Anggapan bahwa pemimpin adalah orang yang tahu semua, pun sebagai mitos. Tidak ada orang yang maha tahu dan tanpa cela. Tidak ada pemimpin dapat melakukan semuanya.
4.             Mitos kepemimpinan versi Nielsen
Professor Nielsen berpendapat bahwa kita sering menggunakan kata pemimpin dan kepemimpinan secara metaforik dengan mengacu kepada beberapa bakat atau keterampilan yang diperlukan, yang bertindak tidak banyak menampilkan kerusakan tetapi juga sedikit kebaikan.[7] Namun dia menambahkan, ketika kita menggunakan kata-kata secara resmi utuk menunjuk secara resmi pula seseorang sebagai pemimpin atau beberapa posisi sebagai pemimpin, maka kita membuat tidak sehat dan merugikan sebuah organisasi dan hubungan masyarakat.
Ketika sebuah organisasi secara resmi menunjuk seorang pemimpin, mungkin banyak orang berpendapat bahwa hal itu dapat menyebabkan dikotomi dalam organisasi. Ada satu pihak yang diberikan keistimewaan (pemimpin) sedangkan pihak lain hanya diberikan tugas untuk dikerjakan (pengikut).  Pengikut akan merasa lebih rendah statusnya dibanding pemimpin. Mereka berkorban untuk melestarika dan melindungi kekuasan dan hak istimewa seorang pemimpin. Tindakan ini memang tidak bisa dihindari dengan segala ketidakpuasan yang ditimbulkannya.
Nielsen percaya bahwa setiap periode pasti ada organisasi yang secara resmi menunjuk seorang untuk menjadi pemimpin.[8]  Pembuatan peringkat kerap dilakukan untuk menunjuk seseorang menjadi pemimpin. Mitos menciptakan peringkat kepemimpinan berbasis budaya dimana pemimpin memiliki hak istimewa untuk berbicara dan pengikut secara satu arah memiliki kewajiban untuk mendengarkan. Pemimpin berhak untuk memonopoli informasi, mengontrol pembuatan keputusan dan “memaksakan” ketaatan bawahan pada perintah, sehingga membentuk sebuah budaya komunikasi rahasia dan tidak otentik. Mitos kepemimpinan membenarkan sebuah organisasi, baik politik, keagamaan atau perusahaan dimana:
a.       Pemimpin berbicara dan pengikut mendengarkan.
b.      Pemimpin mengontrol informasi dan pengikut hanya bisa menebak.
c.       Pemimpin berpendapat dan pengikut hanya mengikuti pendapat.
d.      Pemimpin memutuskan dan pengikut hanya melakukan apa yang diperintahkan.
e.       Pemimpin mengarahkan sumber daya dan pengikut harus berbuat dengan sumber-sumber yang serba kurang.
f.       Pemimpin memerintah dan pengikut menjadi orang yang taat.
g.      Pemimpin yang unggul dan pengikut yang disubordinasi.



BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Kepemimpinan adalah setiap tindakan yang dilakukan oleh individu atau kelompok untuk mengkoordinasi dan memberi arah kepada individu lain atau kelompok lain yang tergabung dalam wadah tertentu untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Teori-teori dalam kepemimpinan berfokus pada kualitas yang membedakan antara pemimpin dan pengikut (leaders and followers) pada awalnya. Delapan teori kepemimpinan diantaranya; Teori genetis, Teori sifat, Teori kontingensi, Teori situasional, Teori perilaku, Teori partisipatif, Teori transaksional, Teori transformasional.
Selain teori-teori yang telah dipaparkan terdapat juga banyak mitos dalam dunia kepemimpinan. Banyak para pakar yang menjelaskan apa saja mitos-mitos tersebut, diantaranya mitos versi Smithantara lain :
a.       Kemampuan kepemimpinan adalah sesuatu yang langka yang hanya dimiliki oleh beberapa orang.
b.      Pemimpin adalah kharismatik.
c.       Orang dengan peringkat atau posisi tertinggilah yang layak menjadi pemimpin.
Selain mitos versi smith, terdapat juga mitos kepemimpinan eksekutif beberapa diantaranya; Seseorang pemimpin dilahirkan, memiliki atau tidak sifat-sifat kepemimpinan, Memiliki jabatan kepemimpinan motivasi orang untuk menjadi pengikut.
B.     Saran
Demikian makalah ini kami susun, semoga dapat bermanfaat bagi semua yang membaca maupun kami selaku penyusun makalah. Apabila terdapat kritik dan saran kami menerima untuk memperbaiki makalah-makalah kami selanjtnya.
DAFTAR PUSTAKA
Danim, Sudarwan. 2012. KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN; Kepemimpinan Jenius (IQ+EQ), Etika, Perilaku Motivasional, dan Mitos. Bandung: Alfabeta.
Fanani,A. Z. 2013. Kepemimpinan Pendidikan Perspektif Islam.Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press.
Rahmiyantimaruf.blogspot.co.id/2015/12/mitos-mitos-kepemimpinan.html?m=1



[1]Sudarwan Danim, KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN: Kepemimpinan Jenius (IQ+EQ); Etika, Perilaku Motivasional, dan Mitos,(Bandung: Alfabeta, 2012),h.6
[2]Ibid, h.7
[3]A. Z. Fanani, Kepemimpinan Pendidikan Perspektif Islam, (Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press, 2013), h. 68
[4]Ibid, h. 72
[5]Rahmiyanti Ma’aruf, Artikel diakses pada tanggal 21 September 2017, melalui website rahmiyantimaruf.blogspot.co.id/2015/12/mitos-mitos-kepemimpinan.html?m=1
[6]Ibid,..
[7]Ibid,.. h.174
[8]Ibid,.. h. 175

Komentar

Postingan populer dari blog ini

HUBUNGAN ILMU AKHLAK DENGAN ILMU-ILMU LAIN BESERTA MANFAATNYA

OBJEK FILSAFAT

Akhlak Islami